PENDJELADJAHAN HISTORIA Van MADIOEN
Tema : Koempoel dan Djeladjah Madioen Bag 1 (Petjinan Madioen dan Bangoenan-Bangoenan Peninggalan Belanda))
Tanggal : Minggu, 15 Juli 2012.
Waktu : 15.00 Sampai 19.30
Tempat Berkumpul atau Berpisah : Patung Kolonel Mahardi
Mahardi (Pukul 15.00) dan Pendopo alun-alun Madiun (PUKUL 19.30)
Peserta yang datang
Mas Ayu Yulia, Bernardi S. Dangin, Theeyanz Bonek (Tiyan), Bayu Pamungkas, Danang Mayka I, Andrik Suprianto, Moh. Zainuddin, Arif Gumantia, Didi Eki Wilianto
Rute Penjelajahan.
Berkumpul di patung Kolonel Mahardi (Rumah Kapitan China)---------
Jalan H. H. Agus Salim (Toko Kuno Jaya, Rumah Gaya Belanda di perempatan
jalan, Rumah Orang China No. 93) --------- Jalan Citandui (perempatan
Jalan Citandui (Cina gang tengah) --------- Jalan HOS Cokroaminoto
(Klenteng Tri Dharma) -------- Jalan Kutai (Tiang listrik ANIEM, Rumah
Belanda depan Pasar Kawak) ------ Jalan Bogowonto ----- Jalan Alun-Alun
Timur (Gedung Bank BRI) ----- Jalan Alun-Alun utara (Bioskop Arjuna)
------- Pendopo Alun-Alun Madiun
Deskripsi Penjelahan
Tepat pukul 15.00 dibawah langit cerah namun berterik, para anggota
Historia van Madiun berkumpul di
patung Kolonel Mahardi alun-alun selatan kota Madiun. Setelah semua
berkumpul 20 menit kemudian penjelahan sejarah ini dimulai :
Rumah Kapitan China (Woning Kapitein Chinese (maps.kit.nl))
|
Rumah Capitan China (sumber foto Mas Ayu Yulia) |
|
Rumah Kapiten Cina (sumber foto Mas Ayu Yulia) |
Rumah ini merupakan rumah orang china akan tetapi gayanya berbentuk
rumah Belanda. Letak rumah ini terletak samping toko Indomaret jalan
Kolonel Mahardi menghadap ke utara. Kondisi rumah ini masih bagus dan
mungkin masih layak untuk ditempati. Menurut orang-orang yang sering
nongkrong dan berjualan di depan rumah itu, rumah ini memang dari dulu
ditempati oleh orang cina dan dimiliki oleh orang cina. Akan tetapi yang
sangat disayangkan, Historia Van Madioen tidak dapat masuk
kedalam dikarenakan pintu pagar terkunci dan terpaksa kami hanya
melihat-lihat dan memotret dari luar pagar rumah.
Toko Kuno Jaya (jalan H. H. Agus Salim)
|
Toko Kuno Jaya di Jalan H. Agus Salim (Sumber Foto Andrik ) |
Perjalanan kami lanjutkan kearah selatan melewati jalan H. Agus
Aalim. Pada waktu berjalan kami kagum melihat sebuah toko yang atap
rumanya bergaya cina, toko itu bernama Toko Kuno Jaya. Toko Kuno Jaya
terletak di depan SMPN 2 Madiun agak kiri sedikit dan kiri jalan jalan
H. H. Agus Salim dari arah sleko. Bangunan bergaya Cina ini sudah
kelihatan dari bentuk atapnya yang berbentuk melengkung keatas. Gaya
atap ini dinamakan
Ngang Shan, model atap ini paling sering digunakan di pecinan-pencinan Indonesia. Salah satu anggota
Historia Van Madioen
sempat bertanya mengenai toko ini kepada penjaga toko bahwa bangunan
toko dulunya panjang akan tetapi karena adanya pelebaran jalan rumahnya
terpotong bagian terasnya. Pemilik asli toko ini adalah Alm Om Yapi.
Selain atap gaya cina dapat dilihat dari penyangga atapnya (
tou kung) yang terdiri dari beberapa balok kayu yang saling dihubungkan. Bahkan ada anggota
Historia van Madioen
yang kagum dengan penyangga atap rumah cina tersebut. Setelah puas
melihat toko cina, perjalanan kami lanjutkan kearah selatan. Pada waktu
berjalan kami menemui bangunan bergaya Belanda letaknya perempatan jalan
H. H. Agus Salim, rumah ini berada di kiri jalan bila dari arah sleko.
Kami tidak dapat masuk karena tidak diperbolehkan oleh penjaga rumah.
Rumah Orang China
|
Rumah orang Cina (sumber foto Bernadi) |
Karena tidak bisa masuk dirumah Belanda tadi, kami melanjutkan
perjalan dan sampai dirumah cina yang bernomor 93 yang juga ada di jalan
H. Agus Salim. Sebelum masuk kami dibuat terheran-heran dengan pintu
dari kayu yang sangat tebal dengan bertuliskan huruf cina. Kemudian kami
masuk kedalam dan sangat takjub dengan rumah cina yang besar. Menurut
Ibu Yuyun/ Bu joko yang tak lain adalah pemilik rumah, rumah cina sudah
berusia ratusan tahun dan yang menempati rumah ini sudah beberapa
generasi. Atap dan penyangga atap bangunan ini mirip dengan bangunan
Toko Kuno Jaya. Pada bagian teras terdapat 2 foto atau gambar orang
pertama yang mendiami rumah ini bisa dibilang buyutnya. Di rumah ini
banyak ditemui ornament-ornamen khas cina seperti tulisan cina disetiap
daun pintu dan relief-relief di dinding. Kami juga tak melewatkan bagian
belakang rumah ini, pada belakang rumah terdapat tiga jendela, pintu
belakang rumah berhiaskan lukisan bunga-bunga dan halaman belakang rumah
ini cukup luas. Kondisi rumah ini masih sangat bagus akan tetapi adanya
barang-barang bekas yang tak terpakai yang diletakan di sebelah utara
rumah mungkin sangat merusak pemandangan. Di sebelah utara rumah ini
terdapat kamar-kamar yang menurut Ibu Yuyun/ Bu Joko kamar-kamar ini
dulu pernah digunakan untuk menginap para pejuang.
|
Anggota HvM sedang berkumpul di halaman depan Rumah Cina di Jalan H. Agus Salim (sumber Foto Tiyan) | |
|
|
Perempatan Jalan Cintadui, Klenteng dan Jalan Kutai
|
Klenteng Tri Dharma Hwie Ing Kiong (sumber foto Bernadi) |
Puas dengan rumah cina tadi, Penjelajahan kami lanjutkan menuju jalan
Cintadui. Kemudian kami berhenti sejenak di perempatan Cintadui,
Menurut mas Bernardi area ini di namakan cina gang tengah karena merujuk
ke orang-orang keturunan yang secara ekonomi termasuk mengenah kebawah
atau istilah kasarnya “
Cino Kere”. Setelah berhenti sebentar kami langsung ke klenteng Tri Dharma
Hwie Ing Kiong,
ternyata di sana ada hambatan lagi karena kami tidak dapat masuk ke
dalam, dan terpaksa hanya meihat-lihat dari luar klenteng megah yang ada
di Madiun tersebut. Klenteng Tri Dharma
Hwie Ing Kiong
terletak dijalan HOS Cokromanito depan SMPN 6 Madiun. Bila dilihat dari
luar ornamen-ornamen yang dominan di klenteng ini adalah naga itu
terlihat di bagian atap dan tiangnya.
|
Menelusuri Jalan Kutai, tampak anggota HvM Tiyan sedang mengamati toko-toko (sumber foto Bernadi) |
|
Tiang Listrik Aniem (Bernadi) |
Penjelahan ini kami lanjutkan melewati jalan Kutai. Jalan Kutai ialah
jalan yang menghubungkan jalan Bogowonto dan HOS Cokroamnito. Kami
melalui jalan kutai lewat jalan HOS Cokroaminoto, disini pertokoan
menjamur sepanjang jalan. Ternyata disini masih ada bangunan peninggalan
orang Belanda atau Cina yang masih berdiri diantara adalah pertama
adalah tiang listrik milik ANIEM (sebutan PLN zaman Belanda) yang masih
berdiri kokoh, kedua adalah rumah Belanda No. 56 depan pasar kawak,
menurut penjaga rumah yang bernama pak Agus pemilik rumah ini bernama
Andi Wibisono dan yang mendiami rumah ini sudah tiga generasi. Kondisi
rumah ini masih sangat bagus dan mungkin selalu dirawat oleh sang
pemilik. Di depan rumah Belanda no.56 tepat ada sebuah bangunan toko
tua. Di atas toko tersebut ada tulisan OKS dengan huruf KS berada
ditengah-tengah huruf O. menurut pak agus singkatan OKS itu ada inisial
nama yaitu Ong Kiem Siom yang masih mempunyai hubungan dengan rumah
Belanda tadi. Kondisi toko tersebut sudah tidak digunakan lagi.
Penjelahan kami lanjutkan menuju kealun-alun melalui jalan Bogowonto,
jalan pendek yang dulu pernah menjadi jalan rel kereta api.
|
Rumah gaya belanda di Jalan Kutai (sumber foto Bernadi) |
|
OKS (Ong Kiem Siom) (sumber foto : Mas Ayu) |
Bank BRI dan Bioskop Arjuno
|
Gedung Bank BRI (sumber foto Andrik) |
Setalah melalui jalan Bogowonto kami menyebrang jalan menuju gedung
bank BRI yang ada di jalan alun-alun timur. Lagi-lagi kami menemui
hambatan untuk masuk kali ini bukan tidak boleh masuk tapi satpam
penjaga gendung ini tidak ada. Terpaksa kami harus melihat-lihat dari
luar lagi. Gedung Bank BRI ini merupakan bangunan yang berasitektur
indis terletak di jalan alun-alun timur diapit oleh Plaza President dan
sekolah dasar. Berjalan beberapa langkah dari gedung bank BRI ada
bangunan yang bernama Bioskop Arjuno. Bioskop ini dibangun sejak masa
Belanda (
Bioscoopgebouw) nama lama gedung ini adalah gedung
Apollo dan kemudian bernama menjadi Bioskop Arjuna. Bagian depan bioskop
ini memiliki empat pintu dan sebelah bangunan ini terdapat dua pintu.
Kondisi bangunan ini sudah tidak digunakan lagi bahkan di teras bangunan
ini terdapat poster “dijual”. Harapan kami orang yang membeli bangunan
ini tidak menghncurkan dan membangun bangunan baru di tempat ini, lebih
baik direnovasi tanpa menhilangkan unsur-usnur masa lalu dari gedung
bioskop bersejarah ini. Semoga nasib bioskop Arjuno tidak sama dengan
saudaranya Bioskop Lawu yang sudah di hancurkan dan kini menjadi Mall.
|
Gedung Bioskop Arjuna di Utara Alu-alun Madiun yang semakin tak terawat (sumber foto Andrik) |
Penjelajahan kami memang melelahkan akan tetapi menemui bagian
sejarah Madiun yang belum pernah tersentuh dan masih banyak lagi yang
belum tersentuh. Selama kaki kami masih kuat bejalan, tangan kami masih
bisa menyentuh, telinga kami masih tajam mendengar dan mata kami masih
bisa melihat kami akan terus menemukan sejarah Madiun yang belum
terungkap. Penjelajahan kami berakhir di pendapa alun-alun kota Madiun,
sambil istirahat sejenak kami membuka foto-foto Madiun tempoe dulu lewat
laptop Mas Benardi sambil bertukar pikiran. Selang beberapa menit kami
berpisah kami berunding mengenai kegiatan untuk kegiatan 2 minggu
kedepan, kemudian kami menyepakati bahwa kegiatan selanjutnya itu
Penjelajahan di Bosbouw, bekas sekolah OSVIA yang ada di jalan
Diponerogo yang saat ini digunakan untuk asrama korem.
Kesimpulan
Daerah selatan Alun-alun Kota Madiun merupakan daerah tempat tinggal
orang-orang cina (pecinan), Daerah ini meliputi Jalan H.Agus Salim,
Jalan Barito dan Jalan HOS Cokroaminto bukti-buktinya adalah beberapa
bangunan cina yang masih berdiri kokoh diantaranya adalah Toko Kuno
Jaya, Rumah Cina No. 98, Klenteng dan mungkin masih ada lagi. Selain
bangunan Cina terdapat pula bangunan peninggalan Belanda diantaranya
adalah Rumah Capiten China, Rumah perempatan Jalan H. Agus Salim, Gedung
BRI, dan Gedung Bioskop Arjuno.