Sabtu, 28 Juli 2012

Petjinan Madioen dan Bangoenan-Bangoenan Peninggalan Belanda


PENDJELADJAHAN HISTORIA Van MADIOEN

Tema    : Koempoel dan Djeladjah Madioen Bag 1 (Petjinan Madioen dan Bangoenan-Bangoenan Peninggalan Belanda))

Tanggal                                                : Minggu, 15 Juli 2012.
Waktu                                                 : 15.00 Sampai 19.30
Tempat Berkumpul atau Berpisah          : Patung Kolonel Mahardi Mahardi (Pukul 15.00) dan Pendopo alun-alun Madiun (PUKUL 19.30)

Peserta yang datang
Mas Ayu Yulia, Bernardi S. Dangin, Theeyanz Bonek (Tiyan), Bayu Pamungkas, Danang Mayka I, Andrik Suprianto,  Moh. Zainuddin, Arif Gumantia, Didi Eki Wilianto

Rute Penjelajahan.
Berkumpul di patung Kolonel Mahardi (Rumah Kapitan China)--------- Jalan H. H. Agus Salim (Toko Kuno Jaya, Rumah Gaya Belanda di perempatan jalan, Rumah Orang China No. 93) --------- Jalan Citandui  (perempatan Jalan Citandui (Cina gang tengah) --------- Jalan HOS Cokroaminoto (Klenteng Tri Dharma) -------- Jalan Kutai (Tiang listrik ANIEM, Rumah Belanda depan Pasar Kawak) ------ Jalan Bogowonto ----- Jalan Alun-Alun Timur (Gedung Bank BRI) ----- Jalan Alun-Alun utara (Bioskop Arjuna) ------- Pendopo Alun-Alun Madiun

Deskripsi Penjelahan
Tepat  pukul 15.00 dibawah langit cerah namun berterik, para anggota Historia van Madiun berkumpul di patung Kolonel Mahardi alun-alun selatan kota Madiun. Setelah semua berkumpul 20 menit kemudian penjelahan sejarah ini dimulai :

Rumah Kapitan China (Woning Kapitein Chinese (maps.kit.nl))
Rumah Capitan China (sumber foto Mas Ayu Yulia)

Rumah Kapiten Cina (sumber foto Mas Ayu Yulia)
Rumah ini merupakan rumah orang china akan tetapi gayanya berbentuk rumah Belanda. Letak rumah ini terletak samping toko Indomaret jalan Kolonel Mahardi menghadap ke utara. Kondisi rumah ini masih bagus dan mungkin masih layak untuk ditempati. Menurut orang-orang yang sering nongkrong dan berjualan di depan rumah itu, rumah ini memang dari dulu ditempati oleh orang cina dan dimiliki oleh orang cina. Akan tetapi yang sangat disayangkan, Historia Van Madioen tidak dapat masuk kedalam dikarenakan pintu pagar terkunci dan terpaksa kami hanya melihat-lihat dan memotret dari luar pagar rumah.


Toko Kuno Jaya (jalan H. H. Agus Salim)

Toko Kuno Jaya di Jalan H. Agus Salim (Sumber Foto Andrik )
Perjalanan kami lanjutkan kearah selatan melewati jalan H. Agus Aalim. Pada waktu berjalan kami kagum melihat sebuah toko yang atap rumanya bergaya cina, toko itu bernama  Toko Kuno Jaya. Toko Kuno Jaya terletak di depan SMPN 2 Madiun agak kiri sedikit dan kiri jalan jalan H. H. Agus Salim dari arah sleko. Bangunan bergaya Cina ini sudah kelihatan dari bentuk atapnya yang berbentuk melengkung keatas. Gaya atap ini dinamakan Ngang Shan, model atap ini paling sering digunakan di pecinan-pencinan Indonesia. Salah satu anggota Historia Van Madioen sempat bertanya mengenai toko ini kepada penjaga toko bahwa bangunan toko dulunya panjang akan tetapi karena adanya pelebaran jalan rumahnya terpotong bagian terasnya. Pemilik asli toko ini adalah Alm Om Yapi. Selain atap gaya cina dapat dilihat dari penyangga atapnya (tou kung) yang terdiri dari beberapa balok kayu yang saling dihubungkan. Bahkan ada anggota Historia van Madioen yang kagum dengan penyangga atap rumah cina tersebut. Setelah puas melihat toko cina, perjalanan kami lanjutkan kearah selatan. Pada waktu berjalan kami menemui bangunan bergaya Belanda letaknya perempatan jalan H. H. Agus Salim, rumah ini berada di kiri jalan bila dari arah sleko. Kami tidak dapat masuk karena tidak diperbolehkan oleh penjaga rumah.


Rumah Orang China
Rumah orang Cina (sumber foto Bernadi)
Karena tidak bisa masuk dirumah Belanda tadi, kami melanjutkan perjalan dan sampai dirumah cina yang bernomor 93 yang juga ada di jalan H. Agus Salim. Sebelum masuk kami dibuat terheran-heran dengan pintu dari kayu yang sangat tebal dengan bertuliskan huruf cina. Kemudian kami masuk kedalam dan sangat takjub dengan rumah cina yang besar. Menurut Ibu Yuyun/ Bu joko yang tak lain adalah pemilik rumah, rumah cina sudah berusia ratusan tahun dan yang menempati rumah ini sudah beberapa generasi. Atap dan penyangga atap bangunan ini mirip dengan bangunan Toko Kuno Jaya. Pada bagian teras terdapat 2 foto atau gambar orang pertama yang mendiami rumah ini bisa dibilang buyutnya. Di rumah ini banyak ditemui ornament-ornamen khas cina seperti tulisan cina disetiap daun pintu dan relief-relief di dinding. Kami juga tak melewatkan bagian belakang rumah ini, pada belakang rumah terdapat tiga jendela, pintu belakang rumah berhiaskan lukisan bunga-bunga dan halaman belakang rumah ini cukup luas. Kondisi rumah ini masih sangat bagus akan tetapi adanya barang-barang bekas yang tak terpakai yang diletakan di sebelah utara rumah mungkin sangat merusak pemandangan. Di sebelah utara rumah ini terdapat kamar-kamar yang menurut Ibu Yuyun/ Bu Joko kamar-kamar ini dulu pernah digunakan untuk menginap para pejuang.
Anggota HvM sedang berkumpul di halaman depan Rumah Cina di Jalan H. Agus Salim (sumber Foto Tiyan)


Perempatan Jalan Cintadui, Klenteng dan Jalan Kutai

Klenteng Tri Dharma Hwie Ing Kiong (sumber foto Bernadi)
Puas dengan rumah cina tadi, Penjelajahan kami lanjutkan menuju jalan Cintadui. Kemudian kami berhenti sejenak di perempatan Cintadui, Menurut mas Bernardi area ini di namakan cina gang tengah karena merujuk ke orang-orang keturunan yang secara ekonomi termasuk mengenah kebawah atau istilah kasarnya “Cino Kere”. Setelah berhenti sebentar kami langsung ke klenteng Tri Dharma Hwie Ing Kiong, ternyata di sana ada hambatan lagi karena kami tidak dapat masuk ke dalam, dan terpaksa hanya meihat-lihat dari luar klenteng megah yang ada di Madiun tersebut. Klenteng Tri Dharma Hwie Ing Kiong terletak dijalan HOS Cokromanito depan SMPN 6 Madiun. Bila dilihat dari luar ornamen-ornamen yang dominan di klenteng ini adalah naga itu terlihat di bagian atap dan tiangnya.

Menelusuri Jalan Kutai, tampak anggota HvM Tiyan sedang mengamati toko-toko (sumber foto Bernadi)

Tiang Listrik Aniem (Bernadi)
Penjelahan ini kami lanjutkan melewati jalan Kutai. Jalan Kutai ialah jalan yang menghubungkan jalan Bogowonto dan HOS Cokroamnito. Kami melalui jalan kutai lewat jalan HOS Cokroaminoto, disini pertokoan menjamur sepanjang jalan. Ternyata disini masih ada bangunan peninggalan orang Belanda atau Cina yang masih berdiri diantara adalah pertama adalah tiang listrik milik ANIEM (sebutan PLN zaman Belanda) yang masih berdiri kokoh, kedua adalah rumah Belanda No. 56 depan pasar kawak, menurut penjaga rumah yang bernama pak Agus pemilik rumah ini bernama Andi Wibisono dan yang mendiami rumah ini sudah tiga generasi. Kondisi rumah ini masih sangat bagus dan mungkin selalu dirawat oleh sang pemilik. Di depan rumah Belanda no.56 tepat ada sebuah bangunan toko tua. Di atas toko tersebut ada tulisan OKS dengan huruf KS berada ditengah-tengah huruf O. menurut pak agus singkatan OKS itu ada inisial nama yaitu Ong Kiem Siom yang masih mempunyai hubungan dengan rumah Belanda tadi. Kondisi toko tersebut sudah tidak digunakan lagi. Penjelahan kami lanjutkan menuju kealun-alun melalui jalan Bogowonto, jalan pendek yang dulu pernah menjadi jalan rel kereta api.

Rumah gaya belanda di Jalan Kutai (sumber foto Bernadi)
OKS (Ong Kiem Siom) (sumber foto : Mas Ayu)



Bank BRI dan Bioskop Arjuno

Gedung Bank BRI (sumber foto Andrik)
Setalah melalui jalan Bogowonto kami menyebrang jalan menuju gedung bank BRI yang ada di jalan alun-alun timur. Lagi-lagi kami menemui hambatan untuk masuk kali ini bukan tidak boleh masuk tapi satpam penjaga gendung ini tidak ada. Terpaksa kami harus melihat-lihat dari luar lagi. Gedung Bank BRI ini merupakan bangunan yang berasitektur indis terletak di jalan alun-alun timur diapit oleh Plaza President dan sekolah dasar. Berjalan beberapa langkah dari gedung bank BRI ada bangunan yang bernama Bioskop Arjuno. Bioskop ini dibangun sejak masa Belanda (Bioscoopgebouw) nama lama gedung ini adalah gedung Apollo dan kemudian bernama menjadi Bioskop Arjuna. Bagian depan bioskop ini memiliki empat pintu dan sebelah bangunan ini terdapat dua pintu. Kondisi bangunan ini sudah tidak digunakan lagi bahkan di teras bangunan ini terdapat poster “dijual”. Harapan kami orang yang membeli bangunan ini tidak menghncurkan dan membangun bangunan baru di tempat ini, lebih baik direnovasi tanpa menhilangkan unsur-usnur masa lalu dari gedung bioskop bersejarah ini. Semoga nasib bioskop Arjuno tidak sama dengan saudaranya Bioskop Lawu yang sudah di hancurkan dan kini menjadi Mall.
Gedung Bioskop Arjuna di Utara Alu-alun Madiun yang semakin tak terawat (sumber foto Andrik)

Penjelajahan kami memang melelahkan akan tetapi menemui bagian sejarah Madiun yang belum pernah tersentuh dan masih banyak lagi yang belum tersentuh. Selama kaki kami masih kuat bejalan, tangan kami masih bisa menyentuh, telinga kami masih tajam mendengar dan mata kami masih bisa melihat kami akan terus menemukan sejarah Madiun yang belum terungkap. Penjelajahan kami berakhir di pendapa alun-alun kota Madiun, sambil istirahat sejenak kami membuka foto-foto Madiun tempoe dulu lewat laptop Mas Benardi sambil bertukar pikiran. Selang beberapa menit kami berpisah kami berunding mengenai kegiatan untuk kegiatan 2 minggu kedepan, kemudian kami menyepakati bahwa kegiatan selanjutnya itu Penjelajahan di Bosbouw, bekas sekolah OSVIA yang ada di jalan Diponerogo yang saat ini digunakan untuk asrama korem.
Kesimpulan
Daerah selatan Alun-alun Kota Madiun merupakan daerah tempat tinggal orang-orang cina (pecinan), Daerah ini meliputi Jalan H.Agus Salim, Jalan Barito dan Jalan HOS Cokroaminto bukti-buktinya adalah beberapa bangunan cina yang masih berdiri kokoh diantaranya adalah Toko Kuno Jaya, Rumah Cina No. 98, Klenteng dan mungkin masih ada lagi. Selain bangunan Cina terdapat pula bangunan peninggalan Belanda diantaranya adalah Rumah Capiten China, Rumah perempatan Jalan H. Agus Salim, Gedung BRI, dan Gedung Bioskop Arjuno.

3 komentar:

  1. mantep cah ! jempol. ono email sing iso dihubungi, di enggo diskusi. suwun
    madiuninfo@madiun.info

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada Mas atau lebih baik ke Grup FB nya Historia Van Madioen,...kalo emailnya hvanmadioen@gmail.com

      Hapus
  2. Mbak/Mas admin, badhe tangkled angsal? Niku kawasan pechinan nganti sak niki taseh didamel nopo mboten? Badhe kulo angkat dados skripsi. Suwun nggeh

    BalasHapus